Monday 26 January 2015

Aqidah pada Masa Nabi Muhammad S.A.W

Aqidah pada Masa Nabi Muhammad S.A.W - Selamat siang, ketemu lagi di Berbagi Ilmu, berbagi ilmu kali ini akan share ilmu lagi loh, yaitu ilmu tentang Aqidah pada Masa Nabi Muhamnad S.A.W. sebelum mulai ke pembahasan, sedikit memberitahukan untuk updatetan sebelumnya adalah Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu lainnya. langsung saja kita menuju ke pembahasan kali ini, selamat membaca..!!!

Pada masa Nabi Muhammad SAW, umat Islam bersatu, mereka satu akidah, satu syariah dan satu akhlaqul karimah, kalau mereka ada perselisihan pendapat dapat diatasi dengan wahyu dan tidak ada perselisihan diantara mereka.
Perkembangan Aqidah Pada masa Rasulullah SAW aqidah bukan merupakan disiplin ilmu tersendiri karena masalahnya sangat jelas dan tidak terjadi perbedaan-perbedaan faham kalaupun terjadi langsung diterangkan oleh beliau. Makanya kita dapatkan keterangan para sahabat yg artinya berbunyi “Kita diberikan keimanan sebelum Al-Qur’an”.

Pada fase makkah beliau berhadapan dengan dua tantangan internal berupa pembinaan aqidah Islam terhadap para sahabatnya yang telah mengikuti seruan beliau, dan tantangan eksternal berupa perlawanan kelompok Musyrik Quraisy dan setelah di Madina, bertambah dengan tantangan dari ahli kitab, yang terdiri dari dua kelompok penganut agama Nasrani dan Yahudi.

Terhadap para sahabat yang telah mengikuti beliau, Nabi menanamkan satu corak ajaran aqidah sebagaimana yang diajarkan melalui wahyu, yaitu mempercayai ke-Tuhanan Allah yang maha Esa, ke-Rasulan Muhammad saw, besarta ajaran yang dibawanya yang beliau terima lewat wahyu, para malaikat yang memiliki tugas-tugas tertentu, serta kehidupan akhir berupa surge dan neraka beserta prosedurnya dan keyakinan akan adanya qadha dan qadar.

Disamping itu juga, para sahabat diingatkan oleh Rasulullah SAW agar tidak terjadi perbedaan dan perdebatan, doktrin aqidah ini agar para sahabat dan pengikut Nabi SAW itu mentaati secara penuh terhadap semua ajaran yang dibawanya. Doktrin ini termaktub pada QS.al-Anfal : 46
Artinya :  Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

Disamping itu, Allah juga memberikan contoh tentang umat-umat sebelumnya, yang bercerai berai karena perdebatan diantara mereka sendiri. Hal ini salah satunya diterangkan dalam surat Al Maidah ayat 14 yang artinya :
“Dan diantara orang-orang yang mengatakan “sesungguhnya kami ini orang-orang Nasrani”, ada yang telah kami ambil perjanjian mereka melupakan sebagian dari peringatannya itu, sehingga kami timbulkan permusuhan dan kebencian diantara mereka sampai hari kiamat”.

Sejalan dengan dua dalil diatas, terlihat aqidah yang berkembang pada masa Nabi merupakan pelaksanaan norma-norma monopolitik, yaitu hanya satu bentuk ajaran tanpa perbedaan dan persanggahan dari para sahabat. Keadaan seperti ini tercipta karena rasa cinta dan kepercayaan penuh sahabat kepada Nabi juga karena doktrin dari kedua ayat diatas.

Ada beberapa penyimpangan aqidah pada zaman Rasulullah diantaranya adalah penyimpangan aqidah orang-orang Arab terdahulu dan setiap orang yang menyimpang dari ajaran nabi muhammad saw adalah disebut orang jahiliyah. Pada umumnya pengertian jahiliyyah yang beredar di masyarakat luas adalah keadaan orang-orang Arab sebelum Islam, karena mereka bodoh terhadap Tuhan, Rasul dan syari’at-syari’at-Nya serta mereka berbangga-bangga dengan keturunan, kebesaran dan lain sebagainya.
Beberapa penyimpangan aqidah yang terjadi itu selalu di tangani nabi sendiri dengan pertolongan Allah yaitu dengan memberikan pemahaman baik itu lewat sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan dengan mendahulukan kerabat terdekat.

Dibawah ini beberapa penyimpangan aqidah pada zaman Rasulullah :
1. Prasangka buruk juga termasuk keJahiliyyahan, sebagaimana firman Allah ketika kaum Musyrikin menang pada Perang Uhud.
Sebagian kaum Muslimin menyangka bahwa mereka tidak ditolong oleh Allah dan timbullah anggapan bahwa Islam telah berakhir bersamaan dengan kalahnya kaum Muslimin dari kaum Kuffar.
Artinya : Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah, mereka berkata: "Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?". Katakanlah: "Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah". mereka Menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu;mereka berkata: "Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini". Katakanlah: "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh". dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha mengetahui isi hati. (QS.Ali Imran : 154)
.
2. Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah SWT menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu'min dan Allah SWT mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Walaupun demikian keadaannya, kepada para sahabat Nabi mengajarkan agar berpegang teguh pada ajaran dan bersikap netral kepada ahli kitab, tidak menyalahkan dan tidak membenarkan. Ajaran Nabi ini tergambar dalam hadits berikut ini :

لاثصدقوا اهل الكتاب ولاتكذبو هم وقولوا امنا بالله وما انزل الينا

Artinya
“Jangan kamu membenarkan ahli kitab dan jangan pula mendustakannya. Dan katakanlah, kami telah beriman kepada Allah dan kepada apa yang telah diturunkan kepada kami (Nabi)

Sikap lunak Rasulullah kepada ahli kitab ini, karena sistem kepercayaan yang mereka anut berasal dari Allah dan kitab suci yang dijadikan pedomanpun berasal dari Allah. Sementara kepada kaum Qurraisy Rasulullah mengajarkan kepada para sahabat untuk bersikap tegas dan keras, karena sistem kepercayaan mereka benar-benar salah dan harus diperbaiki. Sikap tegas ini, diperkuat dengan larangan Allah kepada umat Islam untuk tidak menjalin hubungan perkawinan dengan orang-orang musyrik, sedangkan dengan ahli kitab, Allah memperbolehkan dengan syarat wanita ahli kitab yang mereka ambil terjaga kesuciannya.

Demikianlah Aqidah pada Masa Nabi Muhammad S.A.W, mudah-mudahan bermanfaat, dapat menjadi refensi baru, dan tentunya menambah pengetahuan bagi kalian semua.. trimakasih kepada pengunjung setia Berbagi Ilmu,,