Thursday 25 December 2014

Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu lainnya

Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu lainnya - Jumpa lagi di Berbagi Ilmu, kali ini mau berbagi ilmu tentang Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu lainnya. sebelum mulai ke pembahasan, sedikit memberitahukan untuk updatetan sebelumnya adalah Peranan Dalil dalam Ilmu Kalam. langsung saja kita menuju ke pembahasan kali ini, selamat membaca..!!!

Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu-ilmu lain

Ilmu kalam, filsafat dan Tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan disamping masalah alam, manusia dan segala sesuatu yang ada. Sementara itu objek kajian tasawuf adalah Tuhan, yaitu upaya upaya pendekatan kepada-Nya. Jadi, dilihat dari aspek objeknya, ketiga ilmu tersebut membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.

Argumentasi filsafat (sebagaimana ilmu kalam) dibangun diatas dasar logika. Oleh karena itu, hasil kajiannya bersifat spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, riset dan eksperimental). Kerelatifan hasil karya logika itu menyebabkan beragamnya kebenaran yang dihasilkannya.

Ilmu kalam, Filsafat maupun Tasawuf berurusan dengan hal yan sama yaitu ilmu kalam. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri, berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia (yang belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan karena berada di luar atau diatas jangkauannya), atau tentang Tuhan. Sementara itu, Tasawuf dengan metodenya, berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan spiritual menuju Tuhan.

Sedangkan perbedaan diantara ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. 

Ilmu kalam : a. Sebagai ilmu yang menggunakan logika (disamping argumentasi-argumentasi maqliyah).b. Berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama yang sangat tampak nilai-nilai apologinya. c.  Berisi keyakinan keyakinan agama yang dipertahankan melalui argumen-argumen rasional. d. Bermanfaat sebagai ilmu yang mengajak orang yang baru untuk megenal rasio sebagai upaya untuk mengenal Tuhan secara rasional. e.  Ilmu ini menggunakan metode dialektika (jadaliyah/ dialog keagamaan). f. Berkembang menjadi teologi rasional dan tradisional.
Filsafat : a. Sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. b. Menggunakan metode rasional. c. Berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep. d. Berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang bebas melalui pengamatan dan kajian alam dan ekosistemnya secara langsung. e. Berkembang menjadi sains dan filsafat sendiri. f.  Kebenaran yang dihasilkan ilmu filsafat : kebenaran korespomdensi, koherensi, dan fragmatik.
Tasawuf : a. Lebih menekankan rasa daripada rasio. b. Bersifat subyektif, yakni berkaitan dengan pengalaman. c. Kebenaran yang dihasilkan adalah kebenaran Hudhuri. d. Berperan sebagai ilmu yang memberi kepuasan kepada orang yang telah melepaskan rasionya secara bebas karena tidak memperoleh apa yang ingin dicarinya. 
e.  Berkembang menjadi tasawuf praktis dan teoritis.

Hubungan Ilmu Kalam dengan Tasawuf

Tasawuf adalah nama yang diberikan bagi mistisme dalam Islam, yang oleh para orientalis barat disebut dengan Sufism (sufisme).
Harun Nasution, Barmawi Umarie dan para ahli tasawuf umumnya mengemukakan bahwa tasawuf berasal dari kata shufi, maknanya orang yang suci atau diliputi kesucian.

Hamka menyebutkan bahwa tasawuf adalah membersihkan jiwa dari pengaruh benda atau alam, supaya dia mudah menuju kepada Tuhan.

Ilmu tasawuf adalah salah satu ilmu dasar dalam Islam, selain dari aqidah dan syari’at. Ilmu tasawuf mempelajari perilaku tabiat roh atau hati, yang baik (mahmudah) maupun yang buruk (mazmumah).

Ilmu Kalam berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf, Ilmu kalam dapat memberikan kontribusi kepada ilmu tasawuf, Dalam ilmu kalam di temukan pembahasan iman yang definisinya, kekufuran dan manifestasinya serta kemunafikan dan batasannya sedangkan Ilmu Tasawuf merupakan penyempurnaan ilmu tauhid (ilmu kalam),
Ilmu tasawuf berfungsi sebagai wawasan spiritual dalam pemahaman kalam, Ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan–perdebatan kalam, Dengan ilmu tasawuf, semua persoalan yang berada dalam kajian ilmu tauhid (ilmu kalam) terasa lebih bermakna, tidak kaku, tetapi lebih dinamis dan aplikatif, Amalan-amalan tasawuf mempunyai pengaruh yang besar dalam ketauhidan.

Adapun hubungan ilmu kalam dengan ilmu tasawuf dapat dilihat melalui hubungan konsep dasar iman, Islam, Ihsan. Dalam hadits sahih riwayat Abu Hurairah ra. Dijelaskan “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah SWT seakan-akan engkau melihat-Nya, dan sekiranya engkau tidak dapat melihat-Nya maka sungguh Dia melihatmu.” Hadits ini menjelaskan bahwa bangunan ilmu pengetahuan Islam adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan iman kepada Allah SWT, termasuk di dalamnya ilmu kalam, ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Islam, diantaranya syari’at dan muamalah, dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ihsan yaitu tasawuf.

Kesimpulan hubungan ilmu kalam dengan tasawuf adalah sangat erat disebabkan bahwa bangunan ilmu pengetahuan Islam adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan iman kepada Allah SWT, termasuk di dalamnya ilmu kalam, ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Islam, antara lain syariat dan muamalah, dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ihsan adalah ilmu tasawuf, sasarannya akhlak, budi pekerti, bathin yang bersih, bagaimana menghadapi………………..?
          

Hubungan antara Ilmu Kalam dengan Filsafat

Istilah filsafat dapat ditinjau dari dua segi yakni : segi semantic; berasal dari bahasa arab “falsafah” yang berasal dari bahasa yunani “philosophia” yang berarti ‘philos’= cinta, suka (loving) dan ‘sophia’= pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi “philosophia” berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran.

Segi praktis; dilihat dari pengertian praktisnya filsafat berarti ‘alam fikiran’ atau ‘alam berfikir’. Berfilsafat artinya berfikir, namun tidak semua berfikir berarti berfilsafat.
Plato (427 sm- 347 sm) seorang filsuf Yunani mengatakan filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
Aristoteles (384-322sm) mengatakan, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika (filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda)

Al Farabi, filsuf muslim terbesar sebelum ibnu sina mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
Filsafat adalah ilmu istimewa yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah tersebut diluar jangkauan ilmu pengetahuan biasa.

Filasafat adalah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakanpun metode rasional. Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara mengembarakan atau mengelanakan akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal. Tidak merasa terikat dengan ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika.

Ilmu kalam : a. Sebagai ilmu yang menggunakan logika (disamping argumentasi-argumentasi maqliyah).b. Berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama yang sangat tampak nilai-nilai apologinya. c.  Berisi keyakinan keyakinan agama yang dipertahankan melalui argumen-argumen rasional. d. Bermanfaat sebagai ilmu yang mengajak orang yang baru untuk megenal rasio sebagai upaya untuk mengenal Tuhan secara rasional. e.  Ilmu ini menggunakan metode dialektika (jadaliyah/ dialog keagamaan). f. Berkembang menjadi teologi rasional dan tradisional.

Filsafat : a. Sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. b.Menggunakan metode rasional.c.Berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep. d. Berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang mempunyai rasio secara prima untuk mengenal Tuhan secara lebih bebas melalui pengamatan dan kajian alam dan ekosistemnya secara langsung. e. Berkembang menjadi sains dan filsafat sendiri. f.  Kebenaran yang dihasilkan ilmu filsafat : kebenaran korespomdensi, koherensi, dan fragmatik.

Hubungan kedua ilmu sangat jelas dan saling mendukung. Filsafat sebagai ilmu yang membahas tentang ontologi (pengetahuan tentang wujud), aksiologi (pengetahuan tentang nilai) dan episemologi (pengetahuan tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan) menggunakan logika dan nalar yang sama dengan logika di dalam ilmu kalam. Pada sisi yang lain, ilmu kalam memperbincangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan keesaan Allah, wujud Allah, Zat Allah. Sifat-sifat Allah, kehendak, perintah dan perbuatan Allah yang semuanya itu termasuk ke dalam lapangan pembahasan filsafat.

Hubungan Ilmu Kalam dengan  Tafsir Al Qur’an
Ilmu kalam tidak mungkin berdiri sendiri tanpa mengindahkan sumber sumber rujukan yang mendukung seperti kitab-kitab tafsir al-Qur’an dan ilmu-ilmu tafsir. Ketika mufasir menjelaskan ayat-ayat yang menyinggung persoalan aqidah, ia tidak dapat terlepas dari penalaran logika tentang keberadaan Allah SWT dan tentang keesaan-Nya. Contoh penafsiran terhadap ayat QS.al-Anbiyaa: 22;
Artinya : Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.

Dalam karya tafsir seperti ; Tafsir Ibnu katsir, Tafsir al-Qurtubi, Tafsir al-Thabari, Tafsir al-Baghawi, Tafsir, al-Biqa’i, Tafsir al-Razi, Tafsir al-Khazin, Tafsir Jalalain, Tafsir Munir dll. Terdapat keterangan-keterangan yang banyak tentang keesaan Allah SWT yang dikupas berdasarkan pendekatan dalil-dalil aqli. Ini berarti bahwa para mufassir tetap menggunakan daya nalar atau logika seperti di dalam ilmu kalam. Bahkan kitab-kitab tafsir yang berorientasi pada metode penafsiran ilmiah (tafsir bil ilmi) seperti tafsir al-manar karya Muhammad Abduh menggunakan metode logika ilmu kalam dalam menafsirkan ayat-ayat tentang aqidah dan tentang hal-hal ghaib.

Demikian juga ketika para mufasir menjelaskan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah SWT di dalam bumi dan di dalam tubuh manusia, sebagaimana termaktub dalam QS.Fussilat: 53
Artinya :  Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?

Apabila dicermati berbagai tafsir dan takwil terhadap ayat tersebut diatas, akan menemukan sejumlah keterangan yang menegaskan hubungan yang kuat antara ilmu kalam dengan dalil-dalil logika serta tafsir al-qur’an yang ada.

Demikianlah Hubungan Ilmu Kalam dengan Ilmu lainnya, mudah-mudahan bermanfaat, dapat menjadi refensi baru, dan tentunya menambah pengetahuan bagi kalian semua.. trimakasih kepada pengunjung setia Berbagi Ilmu,, 

1 comment:

  1. Thank you 👌😊😊😊😊😊

    ReplyDelete